Ilmu fiqih adalah ilmu hasil ijtihad para mujtahid. Mujtahid memiliki beberapa tingkatan yang dapat membedakan segi keilmuan satu sama lain. Bagi kita umat muslim yang tidak memiliki kemampuan berijtihad, hendaklah mengikuti atau bertaqlid kepada para mujtahid dalam mempraktekan suatu amal ibadah. Berikut adalah tingkatan mujtahid ilmu fiqih.
Mujtahid Mustaqil
Musjahid mustqil adalah tingkatan mujtahid untuk para ulama yang mampu meng-istinbat-kan (menggali) hukum langsung dari Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan menggunakan teori-teori ushul yang mereka ciptakan sendiri, seperti Al-Maliki, Al-Hanafi, As-Syafi’i dan Al-Hambali.
Mujtahid goer Mustaqil Muntasib
Mujtahid goer mustaqil muntasib adalah ulama yang sudah memenuhi kriteria sebagai mujtahid, namun belum mampu menciptakan kaidah ushul sendiri.
Mereka masih berpegang pada kaidah-kaidah ushulnya Imam Madzhab.
Dari kalangan Hanafiyah seperti Abu Yusuf, Muhammad bin Al-Hasan dan Zafar.
Kalangan Syafi’iyyah seperti Al-Buwaithi dan Al-Muzani.
Malikiyah seperti Ibnu Al-Qosim, Asyhab dan As’ad bin Furod.
Dari Hanabilah seperti Abu Bakar Al-Atsrom dan Abu Bakar Al-Mawardzi.
Mujtahid Muqoyyad, Mujtahid Takhrij, Ashabul Wujuh
Mujtahid Muqoyyad, Mujtahid Takhrij, Ashabul Wujuh adalah ulama yang mampu mencetuskan hukum-hukum yang belum pernah dijelaskan oleh Imam Madzhab dengan tetap berpegang pada kaidah-kaidah ushul Al-Madzhab.
Dari Hanafiyah seperti Al-Khoshof, At-Thohawi, Al-Karokhi, Al-Halwani, As-Sarokhsi, Al-Bardawi dan Qodli Khon.
Kalangan Malikiyyah seperti Al-Abhari dan Ibnu Abi Zaid Al-Qoirowani.
Dari kalangan Syafi’iyyah seperti Abu Ishaq As-Syairozi, Al-Mawardi, Muhammad bin Jarir, Abi Nashr dan Ibnu Huzaimah.
Sedangkan dan kalangan Hanabilah seperti Al-Qodli Abi Ali bin Musa dan Al-Qodhi bin Abi Ya’la.
Mujtahid Tarjih
Mujtahid tarjih adalah tingkatan mujtahid untuk ulama yang mempunyai kemampuan untuk mentarjih (memberi penilaran kuat dan lemahnya) terhadap qoulnya Imam Madzhab. Atau mentarjih antara pendapat Imam Madzhab dengan Ashab, atau antara Madzhab satu dengan Madzhab yang lain.
Dari kalangan Hanafiyyah seperti Al-Qoduri dan Al-Marghinani. Sedangkan dari kalangan Syafi’iyyah seperti An-Nawawi dan Ar-Rofi’i.
Mujtahid Fil Fatwa
Mujtahid fatwa adalah ulama mempunyai kepedulian terhadap kelangsungan Madzhab dengan ikut melestarikan, mengutip, mengkaji dan mengupas suatu pendapat.
Selain itu mereka juga mampu mengklasifikasikan antara pendapat yang kuat dan lemah, rojih atau marjuh. Namun mereka belum mampu menelusuri lebih jauh mengenal dalil dalilnya atau bentuk analogi nya.
Dari kalangan Hanafiyyah yang sudah mencapai tingkatan tersebut para pengarang kitab matan dari golongan Ulama Mutaakhirin. Seperti pengarang matan Al-Kanzi, matan Al-Mukhtar, matan Al-Wiqoyah dan pengarang matan Majma’ul Anhar.
Dari kalangan Syafiiyyah seperti An-Nawawi dan Ar-Rofi’i, Ibnu Hajar dan Ar-Romli (menurut versi kitab Tanwirul Qulub).
Nudzoru Tarjih
Nudzoru Tarjih adalah ulama yang mampu mengedepankan analisa dan penelitian tentang perbedaan tarjih yang terjadi dikalangan Mujtahid fatwa seperti Al-Asnawi, (lihat Fiqih Al-Islam hal 47-48, Fawaidul Makiyah).
Untuk pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh Mujtahid Tarjih, Mujtahid Mutlaq, Mujtahid Muntasab, Mujtahid Takhrij dan Mujtahid Fatwa, menurut penegasan para ulama boleh diikuti. Adapun untuk pendapatnya Nudhorut Tarjih, dari masa kemasa selalu dipakai pegangan oleh para ulama meskipun belum ada penegasan. Namun fenomena diatas sudah dianggap cukup sebagai bukti adanya ijma’ fi’li (konsensus secara amaliyah).