Dalam kitab fathul qorib, penyusun kitab yakni Abu Syuja memaparkan satu pembahasan tentang mengusap muzah serta tatacaranya. Selain itu beliau juga menjelaskan syarat muzah yang boleh digunakan dan masanya. Berikut adalah terjemah fathul qorib fasal mengusap muzah.
Terjemah Fathul Qorib Fasal Mengusap Muzah
Mengusap muzah hukumnya boleh dalam wudhu aja, tidak dalam mandi, baik mandi wajib ataupun mandi sunnah. Dan tidak dalam menghilangkan najis.
Apabila seseorang junub atau kakinya berdarah, kemudian ia menghendaki mengusap muzah sebagai ganti membasuh kaki, maka tidak boleh! tetapi harus membasuh kaki.
Membasuh kedua kaki lebih utama daripada mengusap muzah. Dan tidak boleh mengusap salah satu muzah saja.
Kecuali kakinya satu.
Syarat Mengusap Muzah
Dalam mengusap muzah terdapat tiga syarat, Pertama, memakainya setelah bersuci secara sempurna. Apabila ia membasuh satu kaki lalu memakai muzah, kemudian hal itu dilakukan pada kaki yang satunya, maka tidak mencukupi. Dan apabila memakai Muzah setelah bersuci secara sempurna, namun ia hadas sebelum kaki sampai pada bagian muzah, maka tidak mencukupi juga.
Kedua ,mujah menutupi bagian kaki yang wajib dibasuh, dari telapak kaki hingga mata kaki. Jika muzah di bawah mata kaki, maka tidak cukup mengusapnya. Dan maksud dari kata menutupi ialah penghalang, bukan mencegah penglihatan. Disamping itu, menutupi dari segala arah muzah selain atas.
Ketiga, kedua muzah memungkinkan digunakan terus-menerus berjalan untuk memenuhi kebutuhan, kuat dan tidak tembus air serta suci.
Apabila menggunakan muzah secara rangkap, maka jika yang luar layak untuk di usap sementara yang dalam rusak, maka sah mengucap yang luar. Dan jika yang dalam layak untuk diusap, bukan yang luar, lalu mengusap yang dalam maka sah. Atau mengusap yang luar dan membasahi yang dalam, maka sah jika bertujuan mengusap yang dalam atau keduanya sekaligus.
Dan tidak sah jika bertujuan yang luarnya saja. Sementara jika menghendaki mengusap secara global maka mencukupi menurut pendapat yang kuat.
Masa Mengusap Muzah
Orang yang bermukim boleh mengusap muzah selama sehari semalam. sedangkan musafir selama 3 hari 3 malam. Permulaan waktunya terhitung mulai hadas setelah memakai secara sempurna. Orang yang melakukan perjalanan kemaksiatan atau tanpa tujuan, maka mengusap muzah sebagaimana orang mukim.
Apabila seseorang mengusap muzah di rumah, kemudian bepergian atau mengusap saat bepergian kemudian bermukim sebelum berlalu sehari semalam, maka menyempurnakan masa mengusap yang bermukim.
Yang menjadi kewajiban dalam mengusap muzah ialah mengusap bagian luar muzah, dan tidak mencukupi mengusap bagian dalam, tumit, tepi dan bawah.
Yang sunnah ialah mengusap secara bergaris, dan dengan cara merenggangkan jari jemari tidak mengumpulkannya.
Mengusap muzah batal dengan sabab tiga perkara. Pertama, lepasnya mujah, atau sudah tidak layak, seperti sobek. Kedua, berakhirnya masa mengucap yaitu sehari semalam bagi orang yang bermukim dan tiga hari tiga malam bagi musafir. Ketiga, terjadinya perkara yang mewajibkan mandi.