Rukun khutbah jumat – Hari jum’at adalah raja nya hari dalam sepekan. Tidak heran, pada hari jumat sangat di anjurkan untuk memperbanyak amal sholeh, shalawat, dzikir dll. Pada hari jum’at juga ada ibadah yang tidak bisa ditemukan pada hari-hari selain jum’at, yakni melaksanakan shalat jum’at beserta khutbah jumat.
5 Rukun khutbah jumat
Dalam pelaksanaan nya, ada 5 rukun khutbah jumat yang harus terpenuhi.
Atau delapan rukun secara rinci (empat rukun pada khutbah pertama dan empat rukun pada khutbah kedua).
Ulama ahli fiqh menjelaskan secara rinci mengenai rukun khutbah jumat. Berikut urutan rukun khutbah jumat;
Rukun Khutbah Jumat Pertama
- Memanjatkan puji kepada Allah s.w.t
- Memanjatkan shalawat kepada nabi Muhammad s.a.w
- Wasiat Takwa
- Membaca ayat suci Al-qur’an
Rukun Khutbah Jumat Kedua
- Memanjatkan puji kepada Allah ta’ala
- Bershalawat kepada nabi Muhammad s.a.w
- Wasiat Takwa
- Berdoa untuk kaum mukmin
Baca juga: syarat sah jumat
Penjelasan Ringkas Rukun Khutbah Jumat
Setelah mengetahui rukun khutbah jumat di atas, alahkan baiknya kita memahami satu persatu dari rukun tersebut.
1. Memanjatkan puji kepada Allah
Rukun khutbah yang pertama adalah memanjatkan puji kepada Allah ta’ala pada khutbah pertama dan kedua. Memuji kepada Allah ta’la bisa menggunakan lafadz Hamdu atau lafadz-lafadz yang satu akar dengannya. Seperti Alhamdu, Ahmadu, Nahmadu dll.
Sementara untuk lafaz Allah harus menggunakan lafadz jalalah (Allah) tidak boleh mengganti nya dengan nama Allah yang lain.
Contoh puji yang benar: Alhamdulillah, Nahmadulillah, Innal hamda lillah, Lillahil hamdu, Ana hamdullah atau Allahu ahmadu.
Syech Ibnu Hajar Alhaitami mengatakan dalam kitab al-Minhaj al-Qawim Hamisy Hasyiyah al-Turmusi:
ويشترط كونه بلفظ الله ولفظ حمد وما اشتق منه كالحمد لله أو أحمد الله أو الله أحمد أو لله الحمد أو أنا حامد لله فخرج الحمد للرحمن والشكر لله ونحوهما فلا يكفي
Artinya: “Disyaratkan adanya pujian kepada Allah menggunakan kata Allah dan lafadz hamdun atau lafadz-lafadz yang satu akar kata dengannya. Seperti alhamdulillah, ahmadu-llâha, Allâha ahmadu, Lillâhi al-hamdu, ana hamidun lillâhi. Tidak cukup al-hamdu lirrahmân, asy-syukru lillâhi, dan sejenisnya.”
2. Memanjatkan shalawat kepada nabi Muhammad s.a.w
Shalawat kepada Nabi dibaca pada khutbah pertama dan khutbah kedua. Penggunaan kata dalam memanjatkan shalawat adalah menggunakan lafadz Ash-sholatu dan lafadz-lafadz yang satu akar dengan nya.
Contoh shalawat yang benar adalah; Allahuma sholi ‘ala sayyidina Muhammad. Wa usholi, Ash-sholatu ‘ala Muhammad.
Sementara untuk lafadz Muhammad boleh diganti dengan nama lain, seperti Ar-rosul, Ahmad, An-nabi, Al-basyir, An-nadzir dll.
Hanya saja menurut pendapat paling kuat dalam penyebutannya harus menggunakan isim dzohir.
Contoh shalawat;
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مَحَمَّدٍ
Syech Mahfudz At-tarmasi mengatakan;
ويتعين صيغتها اي مادة الصلاة مع اسم ظاهر من أسماء النبي صلى الله عليه وسلم
Artinya: “Shighatnya membaca shalawat Nabi tertentu, yaitu komponen kata yang berupa as-shalâtu beserta isim dhahir dari beberapa nama Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wasallama”.
3. Wasiat Takwa
Berwasiat takwa pada khutbah pertama dan khutbah kedua. Dalam prakteknya, wasiat dan takwa tidak memiliki redaksi yang paten. Yang penting adalah menyampaikan pesan-pesan kebaikan yang mengajak kepada jalan kebaikan, ketaatan, serta menjauhi semua larangan Allah.
Syech Ibrahim Al-bajuri berkata:
ثم الوصية بالتقوى ولا يتعين لفظها على الصحيح
Artinya: “Kemudian wasiat takwa. Tidak ada ketentuan khusus dalam redaksinya menurut pendapat yang shahih”.
Contoh lafadz wasiat takwa;
فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى
4. Membaca Ayat Al-quran
Membaca Ayat Al-Qur’an pada khutbah pertama atau khutbah ke dua. Dalam prakteknya, membaca ayat suci Al-quran dalam khutbah adalah ayat Al-qur;an yang dapat memberikan pemahaman makna secara utuh. Baik itu ayat yang menjelaskan janji Allah, ancaman, mauidzoh hasanah, kisah dll.
Untuk pembacaan ayat suci Al-quran lebih utama pada khutbah pertama. Sebagaimana Syekh Abu Bakri Satha’ mengatakan;
قوله وفي الأولى أولى) أي وكون قراءة الآية في الخطبة الأولى أي بعد فراغها أولى من كونها في الخطبة الثانية لتكون في مقابلة) الدعاء للمؤمنين في الثانية
5. Berdoa untuk kaum mukminin
Rukun khutbah yang terakhir adalah memanjatkan doa untuk kaum mukminin.
Doa tersebut harus memiliki kandungan yang mengarah kapada Akhirat. Dan tidak cukup berdoa hanya untuk kepentingan dunia saja.
Syekh Zainuddin Al-malibari berkata dalam kitab Fathul Mu’in;
و) خامسها (دعاء) أخروي للمؤمنين وإن لم يتعرض للمؤمنات)
Artinya:“Rukun khutbah jum’at yang kelima adalah berdoa yang bersifat ukhrawi kepada orang-orang mukmin, meski tidak menyebutkan mukminat”.
Baca juga: syarat shalat jum’at
Syarat khutbah jumat
- Suci dari dua hadats, baik kecil maupun besar.
- Suci dari najis, baik pakaian, badan dan tempat.
- Menutup aurat.
- Khatib harus berdiri jika mampu.
- Duduk diantara dua khutbah dengan ukuran melebihi thuma’ninah shalat.
- Muwwalah antara dua khubah dan antara shalat.
- Menggunakan bahasa arab.
- Diperdengarkan oleh 40 orang.
- Semua rukun khutbah dilaksanakan pada waktu dzuhur.
Syarat khatib jumat
- Wajib menutup aurat.
- Suci dari najis baik pakaian, badan dan tempatnya.
- Khutbahnya ditempat yang sah didirikan jumah.
- Laki-laki.
- Sah menjadi Imam bagi suatu kaum.
- Bagi yang alim, harus meyakini rukun khutbah sebagai rukun dan sunnah khutbah sebagai sunnah. Sementara bagi yang tidak alim, syaratnya tidak meyakini fardhu khutbah sebagai sunnah.
Wallahu A’lam Bishowab