Macam-macam Puasa Sunnah dan Keutamaannya

Diposting pada

Macam-macam Puasa Sunnah dan Keutamaannya – Puasa sunnah adalah puasa yang dianjurkan oleh Rasūlullāh s.a.w. namun tidak wajib bagi ummat Islam untuk melakukannya. Puasa sunnah dapat dilakukan pada hari-hari tertentu seperti hari Senin dan Kamis, atau pada bulan-bulan tertentu seperti bulan Muharram.

Puasa sunnah juga dapat dilakukan dengan cara berpuasa silih berganti seperti puasa Dāūd atau berpuasa setiap hari sepanjang tahun seperti puasa dahr. Melakukan puasa sunnah dianggap sebagai bentuk ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Berikut adalah macam puasa sunnah.

Puasa Hari Arafah

Hari Arafah adalah hari terbaik dari hari-hari Allah, yaitu hari kesembilan dari bulan Dzul-Hijjah. Pada hari itu, Allah membebaskan banyak hamba-hambaNya dari siksa neraka.

Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah s.a.w. yang diriwayatkan oleh Imam Muslim: “Tidak ada hari yang lebih banyak Allah membebaskan hamba-Nya dari siksa neraka dari hari Arafah.” (HR. Muslim).

Berpuasa pada hari Arafah memiliki keutamaan yaitu akan diampuni dosa-dosa pada tahun sebelumnya dan dosa-dosa pada tahun mendatang.

Sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w.: “Ditanyakan kepada Rasulullah s.a.w. tentang puasa hari Arafah? Maka beliau bersabda: “Bahwa puasa Arafah meleburkan dosa tahun yang lalu dan dosa pada tahun yang akan datang.” (HR. Muslim).

Para ulama berkata bahwa maksud Rasulullah s.a.w. dalam haditsnya tentang puasa Arafah yaitu untuk menjaga orang agar tidak melakukan dosa-dosa kecil, dan jika terjadi maka puasa Arafah akan meleburkan dosa tersebut.

Dosa yang dimaksud di sini adalah dosa-dosa kecil, bukan dosa besar yang memerlukan taubat nasuha untuk diampuninya.

Puasa Arafah disunnahkan bagi orang yang tidak sedang melakukan ibadah haji. Namun bagi orang yang sedang melakukan ibadah haji, maka puasa pada hari tersebut tidak disunnahkan, bahkan hukumnya makruh.

Hal ini karena ibadah haji menuntut orang yang melaksanakannya untuk mengamalkan sunnah-sunnah haji, seperti menahan diri di bawah terik matahari dan memperbanyak dzikir kepada Allah.

Jika seseorang berpuasa, maka hal ini akan menyebabkan badannya menjadi lemah, sehingga ia tidak dapat melaksanakan sunnah-sunnah haji dengan baik.

Oleh karena itu, bagi orang yang sedang berhaji, puasa pada hari Arafah dianggap makruh.

Puasa 6 Hari Dalam Bulan Syawwal

Sunnah berpuasa 6 (Enam) Hari Dalam Bulan Syawwāl, karena Rasulullah s.a.w. bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim: “Barang siapa berpuasa Ramadhan lalu ditambah dengan puasa enam hari pada bulan Syawwal, maka hal itu seperti puasa sepanjang masa.” (HR. Muslim).

Puasa enam hari tersebut lebih afdhal jika dilakukan secara berturut-turut dan dimulai dari hari kedua bulan Syawwal. Namun jika tidak demikian, tidak ada masalah.

Puasa enam hari disunnahkan bagi orang yang sudah berpuasa Ramadhan atau tidak. Jadi, jangan lewatkan kesempatan untuk mengamalkan sunnah ini, karena manfaatnya tidak hanya di dunia saja, tetapi juga di akhirat kelak.

Baca juga : Niat puasa rajab

Puasa Hari Asyura

Puasa pada hari Asyura akan menghapus dosa-dosa kecil dari tahun yang lampau. Puasa ini merupakan sunnah yang dilakukan oleh Nabi Mūsā a.s. dan para nabi lainnya, sehingga hari ‘Asyura’ juga dikenal sebagai hari Nabi Mūsā.

Selain itu, hari Arafah yang merupakan salah satu hari yang istimewa bagi ummat Islam dinamakan juga sebagai hari Nabi Muḥammad.

Hikmah Syari’ menyebutkan bahwa puasa hari Arafah akan meleburkan dosa dua tahun, sedangkan puasa hari ‘Asyura’ akan meleburkan dosa satu tahun.

Oleh karenanya, puasa hari ‘Asyura’ merupakan sunnah yang wajib bagi ummat Islam.

Puasa Hari Tasu’a

Macam puasa sunnah selanjutnya adalah Puasa Tāsū’ā’. Puasa tasu’a adalah sunnah yang dilakukan pada hari kesembilan dari bulan Muḥarram. Meskipun Nabi Muḥammad s.a.w. belum pernah menunaikannya, beliau bersabda bahwa jika beliau masih hidup sampai tahun depan, beliau akan melakukan puasa hari Tāsū’ā’.

Hikmah dilaksanakannya puasa hari ini adalah untuk memastikan bahwa ibadah ummat Islam tidak menyerupai ibadah orang Yahudi.

Rasūlullāh s.a.w. sangat tidak menyukai jika ummat Islam melakukan sesuatu yang sama dengan orang Yahudi, sehingga kita diperintahkan untuk melakukan puasa Tāsū’ā’ juga.

Puasa Hari Senin dan Kamis

Puasa sunnah pada hari Senin dan Kamis sering dilakukan oleh Rasūlullāh s.a.w. Sebagaimana yang diceritakan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzī, beliau menyukai melakukan puasa pada hari-hari tersebut.

Namun, puasa pada hari Senin lebih afdhal karena itu adalah hari kelahiran beliau dan hari di mana beliau diutus sebagai Nabi.

Puasa Hari Bidh & Sud

Puasa sunnah pada hari-hari Bīdh dilakukan pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan. Hal ini disebut Bīdh karena pada waktu itu bulan sedang bulat-bulatnya.

Rasūlullāh s.a.w. selalu melakukan puasa pada hari-hari ini, seperti yang disabdakan dalam hadits yang diriwayatkan oleh an-Nisā’ī.

Selain itu, kita juga disunnahkan untuk berpuasa pada tanggal 28, 29, dan 30 dari setiap bulan yang disebut sebagai ayyām-us-sūd (hitam), karena pada hari-hari itu bulan tidak terlihat atau hanya terlihat kecil sehingga malam menjadi sangat gelap.

Puasa Nabi Daud

Puasa Dāūd adalah puasa yang dilakukan dengan cara berpuasa satu hari, kemudian berbuka satu hari, dan seterusnya secara bergantian.

Menurut sabda Rasūlullāh s.a.w., ini adalah salah satu puasa sunnah yang paling afdhal.

Nabi Dāūd adalah seorang nabi yang dikenal karena kebajikannya dan keteguhan imannya, sehingga puasa yang dilakukannya menjadi contoh bagi ummat Islam untuk mengikuti.

Puasa Dahr

Macam puasa sunnah berikutnya adalah puasa dahr. Puasa dahr adalah puasa yang dilakukan setiap hari sepanjang tahun. Menurut hukum Islam, puasa dahr hukumnya makruh bagi seseorang yang akan menyebabkan dia melalaikan kewajiban atau yang akan menyebabkan dia jatuh sakit.

Namun, bagi orang yang dapat melakukan puasa dahr tanpa mengabaikan kewajiban-kewajibannya, maka hukum puasanya adalah sunnah.

Sebagaimana sabda Rasūlullāh s.a.w., barang siapa yang berpuasa dengan puasa dahr akan disempitkan baginya api neraka Jahannam.

Demikian macam-macam puasa sunnah dan keutamaannya, semoga bermanfaat.

1 komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *